Sunday, November 28, 2021

 

28 November,2021



Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi. –

Ayub 5:7

Baca: Ayub 5:17-27

Pada zaman keemasan radio, Fred Allen (1894–1956) menggunakan lawakan bernada pesimis untuk menghibur generasi yang hidup di era depresi ekonomi dan dunia yang dilanda perang. Selera humornya lahir dari penderitaan pribadi yang dialaminya. Setelah kehilangan ibunya sebelum ia berusia tiga tahun, ia pun hidup jauh dari ayahnya yang kecanduan. Suatu kali, Fred pernah menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki di tengah lalu lintas kota New York yang ramai. Ia menegur anak itu dengan caranya yang khas, “Apa yang salah denganmu, Nak? Apakah kamu tidak mau tumbuh besar dan punya banyak masalah?”

Hidup Ayub juga menampilkan kenyataan pahit. Ketika ungkapan imannya yang teguh mulai memudar dan digantikan oleh keputusasaan, para sahabat Ayub justru melipatgandakan kepedihannya dengan cara menyalahkannya. Dengan argumen-argumen yang terdengar valid, mereka bersikeras bahwa seandainya saja Ayub mau mengakui kesalahannya (4:7-8) dan rela ditegur Allah, ia akan memperoleh kekuatan untuk menertawakan masalah-masalahnya (5:22). Perlakuan mereka membuat Ayub merasa seperti sudah jatuh tertimpa tangga.

Meskipun bermaksud baik dengan menghibur Ayub, para sahabat itu sebenarnya sangat keliru (1:6-12). Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bahwa kelak mereka akan dijadikan contoh sahabat-sahabat yang buruk. Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bagaimana Ayub rela mendoakan mereka, atau mengapa mereka butuh didoakan (42:7-9). Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bahwa apa yang mereka perbuat kelak akan dilakukan juga oleh para penuduh Kristus, Pribadi yang menanggung begitu banyak tuduhan demi menjadi sumber sukacita kita yang terbesar.

Oleh: Winn Collier

Renungkan dan Doakan

Pernahkah orang lain salah menilai Anda, dan bagaimana perasaan Anda? Pernahkah Anda bersikap keras terhadap orang lain yang menderita, saat Anda tidak memahami masalahnya? 

Ya Bapa, seperti para sahabat Ayub, aku cenderung berasumsi bahwa orang lain pantas mendapatkan masalah yang sedang dihadapinya. Tolonglah aku untuk menjalani hidup ini dengan kuasa Roh, dan tidak menuruti perkataan dan pikiran para penuduh. 

WAWASAN

Kitab Ayub biasanya dikelompokkan ke dalam Literatur Hikmat bersama Kitab Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, dan sebagian Mazmur. Kitab Amsal dan banyak mazmur Hikmat menekankan bahwa karena hikmat Allah dirajut ke dalam penciptaan semesta, maka hidup yang penuh hikmat—selaras dengan jalan Allah—lebih memungkinkan untuk manusia bertumbuh. Namun, Kitab Ayub dan Pengkhotbah memberi warna pada gambaran tersebut, dengan menekankan bahwa ketidakadilan dan penderitaan bisa menimpa diri orang-orang tak bersalah.

Sepanjang Kitab Ayub, kawan-kawan Ayub menggemakan pernyataan seperti yang ditemukan dalam Literatur Hikmat yaitu Amsal dan Mazmur (contohnya, bandingkan Ayub 5:19-21 dan Mazmur 91:5-16). Kawan-kawan Ayub menolak mengakui pengecualian yang jelas terhadap prinsip-prinsip tersebut, sehingga dengan demikian mereka tidak menunjukkan belas kasihan terhadap Ayub. Pada akhirnya, Allah menegur mereka karena “tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub” (42:7). –Monica La Rose

******************************************************************

English Version

Insult to Injury

Bible in a Year:

Man is born to trouble as surely as sparks fly upward.

Today's Scripture & Insight:Job 5 :17-27During the Golden Age of radio, Fred Allen (1894–1956) used comedic pessimism to bring smiles to a generation living in the shadows of economic depression and a world at war. His sense of humor was born out of personal pain. Having lost his mother before he was three, he was later estranged from his father who struggled with addictions. He once rescued a young boy from the traffic of a busy New York City street with a memorable, “What’s the matter with you, kid? Don’t you want to grow up and have troubles?”

The life of Job unfolds in such troubled realism. When his early expressions of faith eventually gave way to despair, his friends multiplied his pain by adding insult to injury. With good sounding arguments they insisted that if he could admit his wrongs (Job 4:7–8) and learn from God’s correction, he would find strength to laugh in the face of his problems (5:22).

Job’s “comforters” meant well while being so wrong (1:6–12). Never could they have imagined that they would one day be invoked as examples of “With friends like that, who needs enemies?” Never could they have imagined the relief of Job praying for them, or why they would need prayer at all (42:7–9). Never could they have imagined how they foreshadowed the accusers of the One who suffered so much misunderstanding to become the source of our greatest joys.

By:  Mart DeHaan

Reflect & Pray

How have others misjudged you, and how did you feel? When have you been critical of others whose pain you didn’t understand?

Father, like Job’s friends, I’m inclined to assume that the troubles of others are somehow deserved. Please help me live this day in the Spirit of Your Son rather than in the words and thoughts of the accuser.



No comments:

Post a Comment