Tuesday, November 30, 2021

 Dec 1,2021


WAKTU SAYA TAKUT


Pembacaan: Mazmur 56


Nats: Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu (Mazmur 56:4)


Saat dikejar Saul, Daud melarikan diri dari rumah imam di Nob. Dia sampai ke Gat, tempat musuh-musuhnya tinggal. Di sana dia langsung dikenali dan dibawa ke hadapan Raja Akhis. 


Berbagai kisah dan lagu merayakan kemasyhuran Daud. Dia telah membinasakan ribuan orang Filistin (1 Samuel 21:11). Kemasyhuran itu dicapainya dengan mengurbankan para wanita dan anak-anak Filistin yang kehilangan suami dan ayah mereka. Kerana itu, ini adalah kesempatan bagi orang Filistin untuk membalas dendam. 


Daud kehilangan keberaniannya. Di dalam ketakutan yang dalam, dia berpura-pura “sakit ingatan …, menggores-gores pintu gerbang dan membiarkan ludahnya meleleh ke janggutnya” (ayat 13). Akhis mengusirnya dengan pandangan rendah, “Patutkah orang yang demikian masuk ke rumahku?” (ayat 15). Dengan hati hancur dan merasa sangat terhina, Daud melarikan diri ke Adulam di Yudea. Di dekat situ terdapat sebuah bukit dengan banyak gua. Dia merangkak masuk ke dalam salah satu gua itu sendirian. 


Ketika dia menjalani kesendirian di gua itu, pada titik terendah di hidupnya dan dikelilingi musuh-musuhnya, Daud mulai merenungkan kasih Allah yang lembut dan setia. “Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu,” tulisnya (Mazmur 56:4). “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu” (ayat 9). 


Mungkin saat ini Anda berada “di dalam sebuah gua”. Anda pun dapat berkata, “Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut” (ayat 12) - DHR 


KESEPIAN ADALAH SUATU KETIDAKSADARAN AKAN KEBERADAAN PRIBADI YANG MENYERTAI KITA DI MANA SAJA


Sunday, November 28, 2021

 

28 November,2021



Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi. –

Ayub 5:7

Baca: Ayub 5:17-27

Pada zaman keemasan radio, Fred Allen (1894–1956) menggunakan lawakan bernada pesimis untuk menghibur generasi yang hidup di era depresi ekonomi dan dunia yang dilanda perang. Selera humornya lahir dari penderitaan pribadi yang dialaminya. Setelah kehilangan ibunya sebelum ia berusia tiga tahun, ia pun hidup jauh dari ayahnya yang kecanduan. Suatu kali, Fred pernah menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki di tengah lalu lintas kota New York yang ramai. Ia menegur anak itu dengan caranya yang khas, “Apa yang salah denganmu, Nak? Apakah kamu tidak mau tumbuh besar dan punya banyak masalah?”

Hidup Ayub juga menampilkan kenyataan pahit. Ketika ungkapan imannya yang teguh mulai memudar dan digantikan oleh keputusasaan, para sahabat Ayub justru melipatgandakan kepedihannya dengan cara menyalahkannya. Dengan argumen-argumen yang terdengar valid, mereka bersikeras bahwa seandainya saja Ayub mau mengakui kesalahannya (4:7-8) dan rela ditegur Allah, ia akan memperoleh kekuatan untuk menertawakan masalah-masalahnya (5:22). Perlakuan mereka membuat Ayub merasa seperti sudah jatuh tertimpa tangga.

Meskipun bermaksud baik dengan menghibur Ayub, para sahabat itu sebenarnya sangat keliru (1:6-12). Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bahwa kelak mereka akan dijadikan contoh sahabat-sahabat yang buruk. Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bagaimana Ayub rela mendoakan mereka, atau mengapa mereka butuh didoakan (42:7-9). Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bahwa apa yang mereka perbuat kelak akan dilakukan juga oleh para penuduh Kristus, Pribadi yang menanggung begitu banyak tuduhan demi menjadi sumber sukacita kita yang terbesar.

Oleh: Winn Collier

Renungkan dan Doakan

Pernahkah orang lain salah menilai Anda, dan bagaimana perasaan Anda? Pernahkah Anda bersikap keras terhadap orang lain yang menderita, saat Anda tidak memahami masalahnya? 

Ya Bapa, seperti para sahabat Ayub, aku cenderung berasumsi bahwa orang lain pantas mendapatkan masalah yang sedang dihadapinya. Tolonglah aku untuk menjalani hidup ini dengan kuasa Roh, dan tidak menuruti perkataan dan pikiran para penuduh. 

WAWASAN

Kitab Ayub biasanya dikelompokkan ke dalam Literatur Hikmat bersama Kitab Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, dan sebagian Mazmur. Kitab Amsal dan banyak mazmur Hikmat menekankan bahwa karena hikmat Allah dirajut ke dalam penciptaan semesta, maka hidup yang penuh hikmat—selaras dengan jalan Allah—lebih memungkinkan untuk manusia bertumbuh. Namun, Kitab Ayub dan Pengkhotbah memberi warna pada gambaran tersebut, dengan menekankan bahwa ketidakadilan dan penderitaan bisa menimpa diri orang-orang tak bersalah.

Sepanjang Kitab Ayub, kawan-kawan Ayub menggemakan pernyataan seperti yang ditemukan dalam Literatur Hikmat yaitu Amsal dan Mazmur (contohnya, bandingkan Ayub 5:19-21 dan Mazmur 91:5-16). Kawan-kawan Ayub menolak mengakui pengecualian yang jelas terhadap prinsip-prinsip tersebut, sehingga dengan demikian mereka tidak menunjukkan belas kasihan terhadap Ayub. Pada akhirnya, Allah menegur mereka karena “tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub” (42:7). –Monica La Rose

******************************************************************

English Version

Insult to Injury

Bible in a Year:

Man is born to trouble as surely as sparks fly upward.

Today's Scripture & Insight:Job 5 :17-27During the Golden Age of radio, Fred Allen (1894–1956) used comedic pessimism to bring smiles to a generation living in the shadows of economic depression and a world at war. His sense of humor was born out of personal pain. Having lost his mother before he was three, he was later estranged from his father who struggled with addictions. He once rescued a young boy from the traffic of a busy New York City street with a memorable, “What’s the matter with you, kid? Don’t you want to grow up and have troubles?”

The life of Job unfolds in such troubled realism. When his early expressions of faith eventually gave way to despair, his friends multiplied his pain by adding insult to injury. With good sounding arguments they insisted that if he could admit his wrongs (Job 4:7–8) and learn from God’s correction, he would find strength to laugh in the face of his problems (5:22).

Job’s “comforters” meant well while being so wrong (1:6–12). Never could they have imagined that they would one day be invoked as examples of “With friends like that, who needs enemies?” Never could they have imagined the relief of Job praying for them, or why they would need prayer at all (42:7–9). Never could they have imagined how they foreshadowed the accusers of the One who suffered so much misunderstanding to become the source of our greatest joys.

By:  Mart DeHaan

Reflect & Pray

How have others misjudged you, and how did you feel? When have you been critical of others whose pain you didn’t understand?

Father, like Job’s friends, I’m inclined to assume that the troubles of others are somehow deserved. Please help me live this day in the Spirit of Your Son rather than in the words and thoughts of the accuser.



Friday, November 26, 2021

 Nov 27,2021




Prem Pradhan



Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 30-32; 1 Petrus 4


Iman yang Berani 

Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia. –Kisah Para Rasul 4:12



Setelah pesawatnya ditembak jatuh pada Perang Dunia II, Prem Pradhan (1924–1998) mengalami cedera ketika berusaha mendarat dengan menggunakan parasut. Akibatnya, kakinya pincang seumur hidup. Ia pernah menulis, “Satu kaki saya pincang. Bukankah ajaib kalau Allah justru memanggil saya untuk mengabarkan Injil di pegunungan Himalaya?” Ia pun mengabarkan Injil di Nepal—meski bukan tanpa rintangan, termasuk dihukum dengan dimasukkan ke dalam “penjara maut bawah tanah,” tempat para tahanan menghadapi kondisi yang sangat sulit. Dalam kurun waktu lima belas tahun, Prem mendekam sepuluh tahun di empat belas penjara yang berbeda. Namun, kesaksiannya yang berani telah membuahkan hasil, berupa hidup banyak orang yang diubahkan bagi Kristus, termasuk para sipir penjara dan sesama tahanan, yang kemudian membawa kabar baik tentang Yesus tersebut kepada kaum sebangsanya.

Rasul Petrus juga menghadapi perlawanan karena imannya kepada Tuhan Yesus dan karena ia dipakai Allah untuk menyembuhkan “seorang lumpuh” (Kis. 4:9 BIS). Namun, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk berbicara dengan berani tentang Kristus (ay. 8-13).

Hari ini, sama seperti Petrus, mungkin kita juga menghadapi banyak tantangan (ay. 10-11). Namun, masih ada anggota keluarga, rekan kerja, teman sekolah atau kuliah, dan orang-orang yang kita tahu sangat perlu mendengar tentang satu-satunya Pribadi yang dapat memberi keselamatan (ay. 12), yang telah mati sebagai tebusan bagi dosa-dosa kita dan dibangkitkan dari kematian sebagai bukti kuasa-Nya untuk mengampuni dosa (ay. 10). Kiranya telinga dan hati mereka terbuka untuk mendengar kabar baik tentang keselamatan dalam Yesus Kristus yang kita wartakan dengan berani dan sungguh-sungguh.

Oleh: Arthur Jackson

Renungkan dan Doakan

Bagaimana Anda dapat dengan berani mengabarkan tentang Yesus hari ini? Apa yang sering menghalangi Anda untuk bercerita tentang Dia kepada orang lain? Bagaimana Anda dapat menyiapkan diri lebih baik lagi untuk melakukannya?

Bapa, terima kasih untuk karya-Mu bagiku. Tolonglah aku, dalam nama Yesus, untuk berani membagikan imanku dengan orang lain.

WAWASAN

Kata yang diterjemahkan sebagai “tidak terpelajar” di Kisah Para Rasul 4:13 merupakan kata yang unik dalam Perjanjian Baru dan hanya digunakan di ayat ini. Dalam bahasa aslinya, kata tersebut berarti “tanpa huruf, buta huruf, tanpa pembelajaran”. Para pemuka agama menganggap Petrus dan Yohanes “belum berpengalaman dalam ajaran Yahudi” (kamus Yunani). Petrus dan Yohanes juga disebut sebagai “orang biasa”, yaitu mereka yang tidak memiliki pengetahuan atau pendidikan yang berguna dalam ranah publik. Menurut para elite agama, para rasul bukanlah siapa-siapa. Namun, apa yang mereka miliki—kekuatan dari Roh Kudus (ay. 8)—lebih dari cukup untuk mengatasi kekurangan mereka dalam hal pelatihan agama formal maupun pengalaman. Roh Kudus terus memenuhi dan menguatkan orang percaya untuk memberitakan kematian dan kebangkitan Yesus hingga hari ini—bahkan kepada mereka yang menolak Dia (ay. 11). –Arthur Jackson


*******************************************************************************
English Version

Bold Faith

Bible in a Year:

Salvation is found in no one else.

Today's Scripture & Insight:Acts 4:8–13


After Prem Pradhan’s (1924–1998) plane was shot down during World War II, he was wounded while parachuting to safety. As a result, he walked with a limp for the rest of his life. He once noted, “I have a lame leg. Isn’t it strange of God that He called [me] to preach the gospel in the Himalaya Mountains?” And preach in Nepal he did—but not without opposition that included imprisonment in “dungeons of death” where prisoners faced extreme conditions. In a span of fifteen years, Prem spent ten years in fourteen different prisons. His bold witness, however, bore the fruit of changed lives for Christ that included guards and prisoners who took the message of Jesus to their own people.

The apostle Peter faced opposition due to his faith in Jesus and for being used by God to heal a “man who was lame” (Acts 4:9). But he used the opportunity to boldly speak for Christ (vv. 8–13).

Today, like Peter, we too may face opposition (v. 3), yet we have family members, co-workers, fellow students, and others we know who desperately need to hear about the One in whom “salvation is found” (v. 12), who died as payment for our sins and was raised from the dead as proof of His power to forgive (v. 10). May they hear as we prayerfully and boldly proclaim this good news of salvation found in Jesus.

By:  Arthur Jackson


Reflect & Pray

How will you boldly share Jesus today? What keeps you from telling others about Him? How can you be better prepared to do so?

Father, thank You for what You’ve done for me. Help me, in Jesus’ name, to boldly share my faith with others.


Thursday, November 25, 2021

 25 November,2021


Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 24-26; 1 Petrus 2



Hati yang Bersyukur

Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. –Kolose 4:2

Baca: Kolose 4:2-6

Seneca, filsuf besar dari zaman Romawi kuno (4 SM–65 M), pernah dituduh melakukan perzinaan oleh Ratu Messalina. Senat menjatuhkan hukuman mati atas Seneca, tetapi Kaisar Claudius memilih membuangnya ke Pulau Korsika, kemungkinan karena Kaisar menduga tuduhan itu tidak benar. Penangguhan tersebut bisa jadi telah membentuk cara pandang Seneca tentang rasa syukur. Ia menulis: “para pembunuh, penindas, pencuri, pezina, perampok, manusia asusila, dan pengkhianat akan selalu ada, tetapi kejahatan yang lebih buruk daripada semua itu adalah sikap tidak tahu berterima kasih”

Rasul Paulus, tokoh yang sezaman dengan Seneca, tampaknya juga sependapat dengannya. Di Roma 1:21, ia menulis bahwa salah satu pemicu kemerosotan umat manusia adalah keengganan mereka untuk mengucap syukur kepada Allah. Dalam surat kepada jemaat di Kolose, tiga kali Paulus mengingatkan saudara-saudari seimannya untuk bersyukur. Ia berkata, “Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kol. 2:7). Ketika kita mengizinkan damai sejahtera Allah “memerintah dalam hati [kita],” kita patut membalasnya dengan bersyukur (3:15). Rasa syukur bahkan harus menjadi ciri khas doa-doa kita (4:2).

Kebaikan Allah yang begitu besar kepada kita mengingatkan kita pada salah satu realitas hidup yang luar biasa. Dia tidak saja layak menerima ungkapan kasih dan penyembahan kita, tetapi juga pantas menerima hati kita yang dipenuhi rasa syukur. Segala sesuatu yang baik dalam hidup ini datang dari Dia (Yak. 1:17)

Dengan semua yang telah kita terima di dalam Kristus, sudah sepatutnya ucapan syukur terus mengalir dari hati dan mulut kita. Kiranya kita merespons anugerah Allah yang indah dengan selalu bersyukur kepada-Nya.

Oleh: Bill Crowder

Renungkan dan Doakan

Apa saja berkat-berkat yang terbesar dan paling berarti yang pernah Anda dapatkan dalam hidup? Apa saja berkat yang Anda terima sehari-hari, tetapi terlalu mudah Anda lupakan?

Bapa yang mengasihiku, ampunilah aku, ketika aku menganggap remeh diri-Mu dan berkat-berkat yang Kauberikan. Jadikanlah hatiku penuh dengan syukur, supaya aku menghormati dan memuji-Mu untuk semua yang telah dan sedang Engkau lakukan.

WAWASAN

Dalam Kolose 4:2-6, Paulus mengarahkan perhatian kita kepada komitmennya terhadap Amanat Agung. Sebelum kita memberitakan tentang Yesus kepada orang lain, Paulus mengajar kita untuk menyediakan waktu dan berbincang dengan Allah mengenai mereka yang belum percaya kepada-Nya. Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “bertekunlah” (ay. 2) berarti “memberi perhatian kepada; menghabiskan banyak waktu bersama.” Penginjilan yang efektif diawali dengan berdoa meminta kesempatan untuk berbagi iman kita dalam Yesus, memohon keberanian untuk berbicara tentang Dia, dan agar pesan yang disampaikan dapat dinyatakan sebagaimana seharusnya (ay. 3-4). Kita diminta “[mempergunakan] waktu yang ada” untuk membagikan kabar baik tersebut (ay. 5). Paulus mendorong kita untuk menjalani kehidupan yang menarik orang-orang kepada Kristus (ay. 6). Yesus berkata tentang “bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan [kita] yang baik” (Matius 5:15-16). Petrus memberi tahu kita untuk “memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari [kita] tentang pengharapan yang ada pada [kita]” (1 Petrus 3:15). –K.T. Sim


***********************************************************************************************
English

A Thankful Heart

Bible in a Year:

Devote yourselves to prayer, being watchful and thankful.

Colossians 4:2
Scripture & Insight: Colossians 4:2–6

Today's SSeneca, the great philosopher of ancient Rome (4 bc–ad 65), was once accused by the empress Messalina of adultery. After the Senate sentenced Seneca to death, the emperor Claudius instead exiled him to Corsica, perhaps because he suspected the charge was false. This reprieve may have shaped Seneca’s view of thankfulness when he wrote: “homicides, tyrants, thieves, adulterers, robbers, sacrilegious men, and traitors there always will be, but worse than all these is the crime of ingratitude.”

A contemporary of Seneca’s, the apostle Paul, may have agreed. In Romans 1:21, he wrote that one of the triggers for the downward collapse of humankind was that they refused to give thanks to God. Writing to the church at Colossae, three times Paul challenged his fellow believers in Christ to gratitude. He said we should be “overflowing with thankfulness” (Colossians 2:7). As we let God’s peace “rule in [our] hearts,” we’re to respond with thankfulness (3:15). In fact, gratitude ought to characterize our prayers (4:2).

God’s great kindnesses to us remind us of one of life’s great realities. He not only deserves our love and worship, He also deserves our thankful hearts. Everything that’s good in life comes from Him (James 1:17).

With all we’ve been given in Christ, gratitude should be as natural as breathing. May we respond to God’s gracious gifts by expressing our gratitude to Him.

By:  Bill Crowder

Reflect & Pray

What are some of the biggest, most enduring blessings you’ve received in life? What everyday blessings have you experienced that are often easy to forget?

Loving Father, forgive me for the times I’ve taken You and Your blessings for granted. Create in me a thankful heart, so I’ll honor and praise You for all You’ve done and are doing.



 26 November , 2021

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 27-29; 1 Petrus 3





Pahlawan yang Gagah Berani

Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani. –Hakim-Hakim 6:12

Baca: Hakim-hakim 6 :11-16m 6


Diet Eman adalah seorang pemudi biasa yang pemalu asal Belanda. Ia sedang menikmati pekerjaan dan waktunya bersama keluarga serta teman-temannya ketika pasukan Jerman menyerbu negaranya pada tahun 1940. Di kemudian hari, Diet menulis, “Ketika bahaya sudah di depan mata, sebenarnya aku terdorong untuk bertindak seperti burung unta yang menyembunyikan kepalanya di dalam pasir.” Meski demikian, Diet merasa Allah memanggilnya untuk melawan penindasan Jerman, termasuk mempertaruhkan nyawanya dengan mencarikan tempat-tempat persembunyian bagi orang-orang Yahudi dan kalangan lain yang diburu oleh Nazi. Wanita muda yang sederhana ini menjelma menjadi pahlawan yang gagah berani bagi Allah.

Dalam Alkitab kita menemukan banyak kisah, seperti kisah Diet, tentang Allah yang memakai orang-orang yang kelihatannya tidak masuk hitungan untuk melayani Dia. Sebagai contoh, ketika malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Gideon, ia berseru, “Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani” (Hak. 6:12). Namun, Gideon sama sekali tidak tampak gagah apalagi berani. Ia mengirik gandum dengan sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat oleh orang Midian yang menduduki Israel pada masa itu (ay. 1-6,11). Gideon berasal dari kaum terkecil dalam suku Manasye, dan ia juga yang “paling muda” di dalam keluarganya (ay. 15). Ia merasa tidak layak memenuhi panggilan Allah, bahkan sampai meminta beberapa tanda. Namun, Allah tetap memakainya untuk mengalahkan orang-orang Midian yang kejam (lihat hak. 7)

Allah menyebut Gideon “gagah berani.” Sama seperti Allah menyertai dan memperlengkapi Gideon, demikian pula Dia menyertai kita, “anak-anak [Allah] yang kekasih” (Ef. 5:1). Dia menyediakan semua yang kita butuhkan untuk hidup mengikut dan melayani Dia, dalam perkara kecil maupun besar.

Oleh: Alyson Kieda

Renungkan dan Doakan

Siapa saja tokoh Alkitab lain yang dipakai Allah melakukan perkara luar biasa, meskipun memiliki kelemahan? Bagaimana Allah telah menarik Anda dari zona nyaman untuk melayani-Nya?

Allahku, aku bersyukur Engkau tidak melihatku seperti pandanganku sendiri. Tolonglah aku melihat diriku sebagai anak yang Kaukasihi, mampu melakukan perkara kecil maupun besar untuk melayani-Mu.

WAWASAN

Hakim-Hakim 6 mengikuti pola yang sering terlihat dalam kitab tersebut—kejahatan Israel mengakibatkan penindasan, lalu Israel berseru kepada Allah, dan Allah merespons dengan membebaskan mereka. Namun, berbeda dari versi-versi sebelumnya “pola” ini, Hakim-Hakim 6 menunjukkan bahwa kejahatan dan penderitaan di Israel menjadi semakin parah. Dalam Hakim-Hakim 4, setelah bangsa Israel berseru meminta tolong kepada Allah, Debora segera bertindak. Namun, di pasal 6, setelah penjelasan panjang mengenai penindasan orang Midian (ay. 2-6), Allah merespons seruan permintaan tolong Israel dengan pertama-tama menegur mereka (ay. 7-10).

Gideon muncul sebagai hakim yang enggan. Kisahnya mirip dengan pengutusan Musa. Gideon dan Musa sama-sama tidak yakin dengan kemampuan mereka untuk bertindak sebagai utusan Allah, tetapi Allah tetap memerintahkan dan mengutus mereka (Keluaran 3:10; Hakim-Hakim 6:14). Keduanya diberi tanda-tanda tentang kehadiran Allah dan janji bahwa Allah beserta mereka (Keluaran 3:12; 4:1-9; Hakim-Hakim 6:16-23). –Monica La Rose

****************************************************************

English Version



Mighty Warrior

Bible in a Year:

The Lord is with you, mighty warrior.

Today's Scripture & Insight: Judges 6:11–16

Diet Eman was an ordinary, shy young woman in the Netherlands—in love, working, and enjoying time with family and friends—when the Germans invaded in 1940. As Diet (pronounced Deet) later wrote, “When there is danger on your doorstep, you want to act almost like an ostrich burying its head in the sand.” Yet Diet felt God calling her to resist the German oppressors, which included risking her life to find hiding places for Jews and other pursued people. This unassuming young woman became a warrior for God.

We find many stories in the Bible similar to Diet’s, stories of God using seemingly unlikely characters to serve Him. For instance, when the angel of the Lord approached Gideon, he proclaimed, “The Lord is with you, mighty warrior” (Judges 6:12). Yet Gideon seemed anything but mighty. He’d been secretly threshing wheat away from the prying eyes of the Midianites, who oppressively controlled Israel at the time (vv. 1–6, 11). He was from the weakest clan of Israel (Manasseh) and the “least” in his family (v. 15). He didn’t feel up to God’s calling and even requested several signs. Yet God used him to defeat the cruel Midianites (see ch. 7).

God saw Gideon as “mighty.” And just as God was with and equipped Gideon, so He’s with us, His “dearly loved children” (Ephesians 5:1)—supplying all we need to live for and serve Him in little and big ways.

By:  Alyson Kieda

Reflect & Pray

Who are some other Bible characters God used despite their weakness to accomplish much for Him? How has God moved you outside your comfort zone to serve Him?

God, I’m so thankful You don’t see me as I see myself. Help me to see myself as Your dearly loved child capable of doing big and small things in service to You.


:11-

16

Tuesday, November 23, 2021

 24 November ,2021



Kehendak Allah 

Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. –Mazmur 62:6

Baca: Mazmur 62

Kehendak Allah terkadang sulit untuk diikuti. Dia meminta kita melakukan hal-hal yang benar. Dia memanggil kita untuk menanggung kesulitan tanpa mengeluh; untuk mengasihi orang yang rasanya tidak pantas dikasihi; untuk mengindahkan suara hati yang melarang kita berbuat yang tidak benar; untuk mengambil langkah-langkah yang sebenarnya tidak ingin kita ambil. Jadi, sepanjang hari kita harus berkata kepada jiwa kita: “Dengarlah, hai jiwaku. Jadilah tenang dan lakukan apa yang Yesus ingin kamu lakukan.”

“Hanya dekat Allah saja aku tenang” (62:2), dan kalimat yang serupa diulang di ayat 6. Kedua ayat tersebut sebenarnya memiliki perbedaan, dan ini bisa kita lihat dalam Alkitab Terjemahan Lama. Daud memulai dengan menyatakan sesuatu tentang jiwanya (“Bahwasanya hatiku berdiam dirinya di hadapan Allah”), baru kemudian kepada jiwanya (“Tetapi engkau, hai jiwaku! Berdiamlah dirimu bagi Allah”). Kalimat pertama menunjukkan sebuah keputusan, suatu ketetapan yang bulat dalam pikiran Daud; kalimat kedua merupakan ajakan Daud kepada jiwanya untuk mengingat keputusan itu.

Daud bertekad untuk hidup dalam ketenangan—suatu sikap tunduk penuh kepada kehendak Allah. Kita juga dipanggil dan diciptakan untuk melakukan yang sama. Kita akan memperoleh kedamaian ketika kita setuju: “Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk. 22:42). Inilah panggilan kita yang utama dan tertinggi ketika kita menjadikan Dia Tuhan dan sumber sukacita kita yang terbesar. “Aku suka melakukan kehendak-Mu,” kata pemazmur (Mzm. 40:9).

Tentu saja kita harus selalu meminta pertolongan Allah, “sebab dari pada-Nyalah harapan [kita]” (62:6). Ketika kita meminta pertolongan-Nya, Dia pasti akan melakukannya. Allah tidak pernah meminta kita melakukan sesuatu tanpa Dia sendiri memampukan kita untuk hal itu.

Oleh: David H. Roper

Renungkan dan Doakan

Pernahkah Anda berpikir kehendak Allah bagi Anda itu sulit dilakukan? Bagaimana Anda dapat tunduk penuh kepada-Nya?

Mungkin aku tidak selalu bisa mengerti kehendak-Mu, ya Bapa, tetapi kumohon Engkau menolongku untuk tunduk penuh. Ajarilah aku untuk percaya kepada kebaikan dan kesetiaan-Mu. Berikanku hati yang taat.

WAWASAN

Kata “keselamatanku” muncul empat kali di Mazmur 62 (ay. 2,3,7,8). Dua kata terkait dalam ayat-ayat ini diterjemahkan sebagai “keselamatan”. Kata-kata ini berasal dari kata kerja Ibrani yaw-shah’, yang artinya “menyelamatkan, diselamatkan, dilepaskan”. Daud memandang Allah sebagai sumber sejati rasa amannya. Di Mazmur 27:1, ia menulis, “TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?” Nama Perjanjian Lama Yosua (“Tuhan adalah keselamatan”) mengandung akar kata ini. Yesus, yang nama-Nya dijelaskan di Matius 1:21, adalah nama Yosua dalam versi Perjanjian Baru. –Arthur Jackson


English Version

The Will of God

Bible in a Year:

Yes, my soul, find rest in God; my hope comes from him.

Today's Scripture & Insight:Psalm 62

God’s will is sometimes hard to follow. He asks us to do the right things. He calls us to endure hardship without complaining; to love awkward people; to heed the voice inside us that says, You mustn’t; to take steps we’d rather not take. So, we must tell our souls all day long: “Hey soul, listen up. Be silent: Do what Jesus is asking you to do.”

“My soul waits in silence for God alone” (Psalm 62:1 nasb). “My soul, wait in silence for God alone” (62:5 nasb). The verses are similar, but different. David says something about his soul; then says something to his soul. “Waits in silence” addresses a decision, a settled state of mind. “Wait in silence” is David stirring his soul to remember that decision.

David determines to live in silence—quiet submission to God’s will. This is our calling as well, the thing for which we were created. We’ll be at peace when we’ve agreed: “Not my will, but yours be done” (Luke 22:42). This is our first and highest calling when we make Him Lord and the source of our deepest pleasure. “I desire to do your will,” the psalmist said (Psalm 40:8).

We must always ask for God’s help, of course, for our “hope comes from him” (62:5). When we ask for His help, He delivers it. God never asks us to do anything He won’t or can’t do.

By:  David H. Roper

Reflect & Pray

When have you thought God’s will for you was difficult? How can you live in quiet submission?

I may not always understand Your will, Father, but I ask for help to submit to it. Teach me to trust Your good and faithful character. Please give me a submissive heart.


Renungan Kedua

KEMUSTAHILAN ADALAH TEMPAT BAGI MUJIZAT TERJADI

Rabu, 24 Nov 2021


RHEMA HARI INI

Kisah Para Rasul 5:12a Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak.


Arti dari kata mujizat adalah sebuah pertolongan yang terjadi di luar batas akal, pemikiran, dan kekuatan manusia. Dengan kata lain, mujizat adalah CAMPUR TANGAN ALLAH yang secara langsung menolong manusia untuk mengatasi segala kemustahilan. Tanpa kondisi yang mustahil, mujizat tidak mungkin terjadi. Kematian Lazarus mendatangkan mujizat kebangkitan orang yang sudah mati. Mujizat kesembuhan terjadi pada orang yang lumpuh, buta bahkan sakit kusta. Selalu hal ini yang terjadi, di mana ada kemustahilan, maka mujizat dinyatakan bagi orang yang sungguh-sungguh percaya.


Jika kita perhatikan bagaimana kondisi di sekeliling kita waktu-waktu ini, kita tidak bisa menyangkali bahwa banyak orang menghadapi kemustahilan. Pukulan di bidang keuangan, pekerjaan, bahkan kesehatan sangat telak dirasakan. Sadarkah kita bahwa sesungguhnya ini adalah WAKTU TERBAIK BAGI MUJIZAT TUHAN AGAR BISA TERJADI di tengah-tengah kita? Jika kita menyadarinya, tentu kita tidak akan pernah kehilangan pengharapan kita kepada Tuhan. Memang tidak mudah, tetapi bukankah kita sudah mendengar dengan telinga kita sendiri bagaimana ada begitu banyak mujizat keuangan, mujizat pemulihan hubungan, pekerjaan, atau pendidikan justru Tuhan nyatakan di tengah-tengah gereja kita? Artinya, semakin dunia membawa kita kepada kegelapan, semakin nyata pula terang Tuhan dinyatakan atas kita.


Oleh karena itu, sebagai anak Tuhan, janganlah takut dan gentar. Sekalipun saat ini yang kita lihat hanya kemustahilan, kesulitan, dan kegelapan. Namun, selama kita sungguh-sungguh percaya dan hidup melekat erat dengan Tuhan, kegelapan boleh tetap ada, kemustahilan boleh tetap datang, TETAPI SEMUA ITU AKAN DIPAKAI TUHAN UNTUK MENYATAKAN KEMULIAAN-NYA. Mujizat dan pertolongan dari atas sungguh nyata terjadi dalam hidup kita. Haleluya!


RENUNGAN

AKHIR ZAMAN adalah masa ketika MUJIZAT PALING BANYAK bisa terjadi.


APLIKASI

1. Menurut Anda apakah Tuhan BISA mengerjakan mujizat-Nya bagi Anda?

2. Kendala apa yang perlu Anda atasi supaya iman Anda tetap terjaga sampai mujizat itu sungguh-sungguh dinyatakan dalam hidup Anda?

3. Lihatlah kebelakang, mintalah Roh Kudus mengingatkan Anda, mujizat apa yang pernah Anda alami. Komitmen apa yang akan Anda lakukan supaya iman Anda semakin dikuatkan sampai mujizat benar-benar dinyatakan?


DOA UNTUK HARI INI

“Roh Kudus, terima kasih atas karya-Mu yang terus Engkau nyatakan dalam hidup kami. Kami sungguh menyadari bahwa sampai sejauh ini kami tetap ada, itu semua karena campur tangan dan pertolongan-Mu yang terus ada, dan hari-hari kami ke depan pun pasti akan tetap sama. Kami akan semakin melihat mujizat-Mu nyata dalam hidup kami, dan nama-Mu akan semakin dipermuliakan melalui hidup kami. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”


BACAAN ALKITAB SETAHUN

2 Samuel 3-5

Lukas 14:25-35

********************************************************************************

ke3

https://youtu.be/K0sD9TwvnTw


Tuhan mencari orang yang Hilang.


Tdk peduli betapa gelap masa lalu sdr, Tuhan Yesus sungguh mengasihi sdr


Tuhan Yesus memberkati


*****************************************************************************

ke 4

[6:29 AM, 11/24/2021] +60 11-1055 1072: BERSYUKUR DAN MENGINGAT


Pembacaan: Ibrani 13:1-16


Nats: Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kurban-kurban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah (Ibrani 13:16)


Salah satu ruangan surat khabar yang pernah paling populer adalah “Dear Abby”. Ruangan yang berisi nasihat ini dimulai oleh Abigail Van Buren pada tahun 1956, dan pada suatu ketika ditulis oleh anaknya Jeanne Phillips. Dalam edisi tersebut, dia memasukkan Doa Ucapan Syukur yang ditulis oleh ibunya bertahun-tahun lalu:


Ya Bapa di syurga


Kami berterima kasih untuk makanan kami


sambil mengingat orang yang lapar.


Kami berterima kasih untuk kesihatan kami


sambil mengingat orang yang sakit.


Kami berterima kasih untuk teman-teman kami


sambil mengingat orang yang kesepian.


Kami berterima kasih untuk kebebasan kami


sambil mengingat mereka yang diperbudak.


Semoga ingatan-ingatan ini


menggugah kami untuk melayani.


Semoga anugerah-Mu bagi kami


bermanfaat juga bagi orang lain. Amin.


Kata-kata dalam doa ini menggemakan ajaran Kitab Suci. Syukur kita kepada Allah seharusnya disertai ingatan akan orang-orang yang susah. “Sebab itu,” kata penulis kitab Ibrani, “marilah kita, oleh [Yesus], senantiasa mempersembahkan kurban syukur kepada Allah, iaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibrani 13:15).


Namun, ada yang lebih penting daripada sekadar bersyukur. Kita harus bertindak setelah bersyukur. “Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kurban-kurban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah” (ayat 16). Syukuri semua berkat Allah, dan ingat juga mereka yang kekurangan -- David McCasland

MELAYANI SESAMA ADALAH CARA UNTUK BERSYUKUR KEPADA ALLAH