18 November
Allah Memulihkan Kerusakan Kita
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 8-10; Ibrani 13
Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. –Efesus 2:8
Collin dan istrinya, Jordan, berkeliling di sebuah toko kerajinan guna mencari benda seni untuk dipajang di rumah mereka. Collin merasa sudah menemukan barang yang tepat dan memanggil sang istri untuk melihatnya. Pada sisi kanan pajangan berbahan keramik itu tertulis: Kasih Karunia. Namun, pada sisi kirinya, terdapat dua retakan yang cukup panjang. “Lho, barang ini rusak!” seru Jordan sembari mencari benda serupa yang tidak rusak dari rak. Akan tetapi, Collin berkata, “Bukan rusak. Justru itu intinya. Sebagai manusia, kita semua rusak, tetapi kemudian kasih karunia itu datang—itu intinya.” Mereka pun memutuskan membeli pajangan yang retak itu. Ketika mereka hendak membayarnya, petugas kasir sempat berseru, “Oh, tidak, ini rusak!” “Ya, begitu juga kita,” bisik Jordan. Apa artinya menjadi seseorang yang menyadari dirinya “rusak”? Salah satu definisinya: adanya kesadaran yang semakin kuat bahwa seberapapun kerasnya kita berusaha dengan kesanggupan kita, alih-alih semakin baik, hidup kita justru semakin buruk. Pada saat itulah kita mengaku membutuhkan Allah dan campur tangan-Nya dalam hidup kita. Rasul Paulus berbicara tentang kerusakan hidup kita sebagai kematian “karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa [kita]” (Ef. 2:1). Jawaban bagi kebutuhan kita untuk diampuni dan diubahkan tertulis di ayat 4 dan 5: “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita . . . oleh kasih karunia [kita] diselamatkan.” Allah mau memulihkan kerusakan kita dengan kasih karunia-Nya ketika kita mengakui, “Aku rusak dan hancur, ya Allah.” Oleh: Anne Cetas Renungkan dan Doakan |
Apa yang menyadarkan Anda akan perlunya meminta Allah memulihkan hidup Anda yang rusak? Bagaimana Anda kembali membutuhkan-Nya hari ini? Ya Allah, terima kasih atas rahmat-Mu yang melimpah atasku! Kiranya aku senantiasa bermegah di dalam Engkau dan dalam anugerah keselamatan dari-Mu yang kuterima melalui iman. God Heals Our BrokennessBible in a Year: By grace you have been saved, through faith. Today's Scripture & Insight:Ephesians 2:1-10 Collin and his wife, Jordan, wandered through the craft store, looking for a picture to hang in their home. Collin thought he’d found just the right piece and called Jordan over to see it. On the right side of the ceramic artwork was the word grace. But the left side held two long cracks. “Well, it’s broken!” Jordan said as she started looking for an unbroken one on the shelf. But then Collin said, “No. That’s the point. We’re broken and then grace comes in—period.” They decided to purchase the one with the cracks. When they got to the checkout, the clerk exclaimed, “Oh, no, it’s broken!” “Yes, so are we,” Jordan whispered. What does it mean to be a “broken” person? Someone defined it this way: A growing awareness that no matter how hard we try, our ability to make life work gets worse instead of better. It’s a recognition of our need for God and His intervention in our lives. The apostle Paul talked about our brokenness in terms of being “dead in [our] transgressions and sins” (Ephesians 2:1). The answer to our need to be forgiven and changed comes in verses 4 and 5: “Because of his great love for us, God, who is rich in mercy, made us alive . . . . [It] is by grace [we] have been saved.” God is willing to heal our brokenness with His grace when we admit, “I’m broken.” Reflect & PrayWhat brought you to your need to ask God to heal your brokenness? How do you need Him today? God, thank You for being rich in mercy toward me! May I boast in You and Your gift of salvation through grace by faith. Renungan ke2 MANA SUARA PICCOLO? Pembacaan: Yohanes 6:1-14 Nats: Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah ertinya itu untuk orang sebanyak ini? (Yohanes 6:9) Pada waktu-waktu tertentu kita mungkin merasa bahawa kita tidak bererti dan tidak berguna. Kerana dikelilingi orang-orang yang memiliki talenta yang lebih besar dari kita, maka saat kita merasa lemah, kita cenderung menarik diri dan membiarkan orang lain mengerjakan suatu pekerjaan. Kita berfikir bahawa apa yang kita berikan tak akan banyak etinya. Kita lupa pada kebenaran yang dinyatakan Tuhan saat Dia memanfaatkan lima roti dan dua ikan kecil untuk memberi makan begitu banyak orang (Yohanes 6:1-14). Kita masing-masing punya sesuatu yang penting yang dapat dipersembahkan kepada-Nya. Sir Michael Costa sedang memimpin sebuah latihan orkestra yang memainkan berbagai macam alat musik secara serempak. Di tengah-tengah latihan, bersamaan dengan suara terompet yang nyaring, drum yang berdentum-dentum, dan biola yang mengalunkan melodi yang indah, si pemain piccolo [sejenis suling kecil] menggerutu pada dirinya sendiri, "Apa gunanya saya? Lebih baik saya berhenti bermain saja. Toh tak ada orang yang bisa mendengarkan saya." Begitulah, dia tetap menaruh piccolonya di sela mulutnya, tetapi dia tidak meniupnya. Sesaat kemudian, sang konduktor berteriak, "Berhenti! Berhenti! Suara piccolonya mana?" Ternyata suara piccolo tidak terdengar oleh orang terpenting dalam orkestra itu. Sama halnya saat kita menggunakan segenap talenta kita bagi Tuhan. Entah talenta kita besar atau kecil, pertunjukan belumlah lengkap sebelum kita melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki -- Richard De Haan MELAKUKAN HAL KECIL DENGAN BAIK MERUPAKAN HAL YANG BESAR DI MATA ALLAH |
No comments:
Post a Comment