23 November,2021
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 20-21; Yakobus 5
Berbagi Harapan
Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. –Mazmur 119:11
Ketika Emma bercerita bagaimana Allah telah menolongnya melihat dirinya sendiri sebagai anak Allah yang terkasih, ia kerap menyelipkan ayat-ayat Alkitab ke dalam percakapan kami. Saya hampir tidak bisa membedakan kata-katanya sendiri dengan ayat-ayat Alkitab. Saat saya memujinya sebagai Alkitab berjalan, alisnya berkerut. Ia bukan sengaja mengutip ayat-ayat, tetapi karena membacanya setiap hari, hikmat Kitab Suci pun menjadi bagian dari kosa katanya sehari-hari. Ia bersukacita mengalami kehadiran Allah yang tidak berubah, sekaligus menikmati setiap kesempatan yang Dia berikan untuk membagikan kebenaran-Nya kepada orang lain. Namun, Emma bukanlah anak muda pertama yang dipakai Allah untuk menginspirasi orang lain agar membaca, menghafal, dan menerapkan Kitab Suci dengan sungguh-sungguh.
Ketika Rasul Paulus mendorong Timotius untuk mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin, ia menunjukkan keyakinannya terhadap sang pemuda (1 Tim. 4:11-16). Paulus menyadari bahwa sejak kecil Timotius sudah mengenal Kitab Suci (2 Tim. 3:15). Seperti Paulus, Timotius juga menghadapi orang-orang yang meragukan dirinya. Meski demikian, keduanya hidup dengan keyakinan bahwa seluruh Kitab Suci itu “diilhamkan Allah.” Mereka mengakui Kitab Suci “bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16-17).
Ketika kita menyimpan hikmat Allah di dalam hati kita, kebenaran dan kasih-Nya dapat mengalir dengan lancar ke dalam isi percakapan kita. Kita dapat menjadi seperti Alkitab berjalan yang membagikan pengharapan kekal dari Allah ke mana pun kita melangkah.
Oleh: Xochitl Dixon
Renungkan dan Doakan
Bagaimana Anda dapat menyimpan hikmat Kitab Suci dalam hati dan pikiran Anda? Bagaimana hikmat Allah pernah membantu Anda dalam membagikan kebenaran-Nya kepada orang lain?
Ya Bapa, biarlah hikmat-Mu memenuhi hatiku, supaya aku dapat membagikan kabar baik tentang diri-Mu kepada orang lain dengan tulus dan berani.
WAWASAN
Timotius adalah “anak [Paulus] yang sah di dalam iman” (1 Timotius 1:2). Kita pertama kali membaca tentang Timotius dalam Kisah Para Rasul 16:1-3, ketika kita diberitahu bahwa “ibunya [Eunike] adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya.” Kita juga membaca bahwa neneknya, Lois, juga orang percaya (2 Timotius 1:5). Timotius tinggal di Listra, dan orang-orang percaya di sana serta di Ikonium (sekitar dua puluh mil di utara Listra) mengenalnya sebagai orang yang baik (Kisah Para Rasul 16:2). Jadi, ketika Paulus mengunjungi Listra dalam perjalanan misinya yang kedua, ia mengajak Timotius. Namun, pertama-tama, Paulus menyunatnya, karena orang Yahudi setempat tahu ayahnya adalah orang Yunani (ay. 3). Paulus tidak ingin menghambat penyebaran Injil kepada kaum Yahudi. Timotius menjadi teman yang dikasihi dan seorang yang penting dalam kelompok misi Paulus, dan ia disebutkan di berbagai surat Paulus. Bacaan hari ini (2 Timotius 3:10-17) merupakan sebagian dari kata-kata terakhir Paulus kepada Timotius. –Alyson Kieda
English Version
Sharing Hope
Bible in a Year:
I have hidden your word in my heart that I might not sin against you.
As Emma shared how God helped her embrace her identity as His beloved child, she weaved Scripture into our conversation. I could barely figure out where the high school student stopped speaking her words and began quoting the words of God. When I commended her for being like a walking Bible, her brow furrowed. She hadn’t been intentionally reciting Scripture verses. Through daily reading of the Bible, the wisdom found in it had become a part of Emma’s everyday vocabulary. She rejoiced in God’s constant presence and enjoyed every opportunity He provided to share His truth with others. But Emma isn’t the first young person God has used to inspire others to prayerfully read, memorize, and apply Scripture.
When the apostle Paul encouraged Timothy to step into leadership, he demonstrated confidence in this young man (1 Timothy 4:11–16). Paul acknowledged that Timothy was rooted in Scripture from infancy (2 Timothy 3:15). Like Paul, Timothy faced doubters. Still, both men lived as if they believed all Scripture was “God-breathed.” They recognized Scripture was “useful for teaching, rebuking, correcting, and training in righteousness, so that the servant of God may be thoroughly equipped for every good work” (vv. 16–17).
When we hide God’s wisdom in our hearts, His truth and love can pour into our conversations naturally. We can be like walking Bibles sharing God’s eternal hope wherever we go.
Reflect & Pray
How do you hide Scripture in your heart and mind? How has God’s wisdom helped you share His truth with others?
Father, saturate my heart with Your wisdom so I can share You with others naturally and courageously.
No comments:
Post a Comment