25 November,2021
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 24-26; 1 Petrus 2
Hati yang Bersyukur
Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. –Kolose 4:2
Seneca, filsuf besar dari zaman Romawi kuno (4 SM–65 M), pernah dituduh melakukan perzinaan oleh Ratu Messalina. Senat menjatuhkan hukuman mati atas Seneca, tetapi Kaisar Claudius memilih membuangnya ke Pulau Korsika, kemungkinan karena Kaisar menduga tuduhan itu tidak benar. Penangguhan tersebut bisa jadi telah membentuk cara pandang Seneca tentang rasa syukur. Ia menulis: “para pembunuh, penindas, pencuri, pezina, perampok, manusia asusila, dan pengkhianat akan selalu ada, tetapi kejahatan yang lebih buruk daripada semua itu adalah sikap tidak tahu berterima kasih” Rasul Paulus, tokoh yang sezaman dengan Seneca, tampaknya juga sependapat dengannya. Di Roma 1:21, ia menulis bahwa salah satu pemicu kemerosotan umat manusia adalah keengganan mereka untuk mengucap syukur kepada Allah. Dalam surat kepada jemaat di Kolose, tiga kali Paulus mengingatkan saudara-saudari seimannya untuk bersyukur. Ia berkata, “Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kol. 2:7). Ketika kita mengizinkan damai sejahtera Allah “memerintah dalam hati [kita],” kita patut membalasnya dengan bersyukur (3:15). Rasa syukur bahkan harus menjadi ciri khas doa-doa kita (4:2). Kebaikan Allah yang begitu besar kepada kita mengingatkan kita pada salah satu realitas hidup yang luar biasa. Dia tidak saja layak menerima ungkapan kasih dan penyembahan kita, tetapi juga pantas menerima hati kita yang dipenuhi rasa syukur. Segala sesuatu yang baik dalam hidup ini datang dari Dia (Yak. 1:17) Dengan semua yang telah kita terima di dalam Kristus, sudah sepatutnya ucapan syukur terus mengalir dari hati dan mulut kita. Kiranya kita merespons anugerah Allah yang indah dengan selalu bersyukur kepada-Nya. Oleh: Bill Crowder Renungkan dan Doakan
Today's SSeneca, the great philosopher of ancient Rome (4 bc–ad 65), was once accused by the empress Messalina of adultery. After the Senate sentenced Seneca to death, the emperor Claudius instead exiled him to Corsica, perhaps because he suspected the charge was false. This reprieve may have shaped Seneca’s view of thankfulness when he wrote: “homicides, tyrants, thieves, adulterers, robbers, sacrilegious men, and traitors there always will be, but worse than all these is the crime of ingratitude.” A contemporary of Seneca’s, the apostle Paul, may have agreed. In Romans 1:21, he wrote that one of the triggers for the downward collapse of humankind was that they refused to give thanks to God. Writing to the church at Colossae, three times Paul challenged his fellow believers in Christ to gratitude. He said we should be “overflowing with thankfulness” (Colossians 2:7). As we let God’s peace “rule in [our] hearts,” we’re to respond with thankfulness (3:15). In fact, gratitude ought to characterize our prayers (4:2). God’s great kindnesses to us remind us of one of life’s great realities. He not only deserves our love and worship, He also deserves our thankful hearts. Everything that’s good in life comes from Him (James 1:17). With all we’ve been given in Christ, gratitude should be as natural as breathing. May we respond to God’s gracious gifts by expressing our gratitude to Him. By: Bill Crowder Reflect & PrayWhat are some of the biggest, most enduring blessings you’ve received in life? What everyday blessings have you experienced that are often easy to forget? Loving Father, forgive me for the times I’ve taken You and Your blessings for granted. Create in me a thankful heart, so I’ll honor and praise You for all You’ve done and are doing. |
No comments:
Post a Comment