Sunday, March 27, 2022

 Sumber : Santapan Rohani

28 Maret | Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-hakim 4-6; Lukas 4:31-44




Damai Sejahtera-Nya

Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. –Yesaya 26:3


Selama beberapa bulan, saya menghadapi politik dan intrik hebat di tempat kerja. Sebenarnya saya orang yang mudah mengkhawatirkan segala sesuatu, jadi saya heran saat itu saya justru merasa tenang. Alih-alih merasa waswas, saya justru dapat merespons keadaan itu dengan pikiran dan hati tenang. Saya tahu damai sejahtera itu hanya mungkin datang dari Allah.

Sebaliknya, ada suatu masa dalam hidup saya ketika segalanya berjalan mulus, tetapi hati saya begitu kacau. Saya tahu itu terjadi karena saya lebih mengandalkan kemampuan saya sendiri daripada mempercayai Allah dan pimpinan-Nya. Jika mengingat kembali hal itu, saya menyadari bahwa damai yang sejati, yaitu damai sejahtera Allah, tidak ditentukan oleh keadaan kita, melainkan kepercayaan kita kepada-Nya.

Kita mengalami damai sejahtera Allah ketika hati kita teguh (Yes. 26:3). Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai untuk teguh berarti “bersandar pada”. Ketika kita bersandar pada Allah, kita akan mengalami kehadiran-Nya yang membawa ketenangan. Kita dapat mempercayai Allah, dengan mengingat bahwa Dia akan merendahkan mereka yang congkak dan jahat, serta meluruskan jalan mereka yang mengasihi-Nya (ay. 5-7).

Ketika saya mengalami damai sejahtera di masa sulit, dan bukan ketika segalanya terasa mudah, saya menemukan bahwa damai sejahtera Allah bukanlah berarti tidak ada konflik, melainkan suatu rasa aman yang mendalam di tengah kesukaran. Itulah damai sejahtera yang melampaui segala akal, dan yang memelihara hati serta pikiran kita di tengah keadaan yang tersulit sekalipun (Flp. 4:6-7).

Oleh: Karen Huang

Renungkan dan Doakan

Apa yang Anda lakukan untuk mengalami damai sejahtera? Dalam area hidup mana saja Anda perlu semakin mempercayai Allah dan bersandar kepada-Nya?

Ya Bapa, tolong aku untuk mempercayai-Mu dan memiliki hati yang teguh. Terima kasih atas damai sejahtera sempurna yang kualami, ketika aku memilih mempercayai-Mu.

WAWASAN

Dalam pasal-pasal sebelum Yesaya 26:3-7 yang penuh dengan pengharapan, kita membaca frasa “pada waktu itu/pada hari itu” sebanyak tiga puluh delapan kali. Nabi Yesaya mengantisipasi suatu waktu yang ditandai dengan penghakiman ilahi yang gencar terhadap mereka yang mengabaikan dan melawan perintah-perintah Allah. Target utama murka Allah adalah kecongkakan manusia dan pemerintahan mereka yang mencari keuntungan diri sendiri. Sang nabi menulis, “Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu” (ay. 5). Kemungkinan ini tidak merujuk kepada kota tertentu, melainkan suatu deklarasi puitis tentang murka Allah terhadap sistem-sistem duniawi yang melawan Dia. Namun, Yesaya juga menubuatkan suatu waktu ketika keadilan, kebenaran, dan kedamaian akan berkuasa. “Pada waktu itu,” para korban “orang yang congkak” (BIS) akan berjalan dalam kemenangan di atas reruntuhan dan puing-puing perbuatan para penindas mereka (ay. 5-6). –Tim Gustafson

No comments:

Post a Comment